ASISTENSI TUGAS, PERAN DOSEN IDENTIK DENGAN CLIENT


Jam sudah menunjuk pukul 14.47, udara terasa sangat panas, tubuh lemah dan perut sudah berdangdut ria. Tapi sang dosen …eh client tidak juga selesai dari rapat jurusan. Belum lagi gambar or paper yang akan diajukan ….masih 38 persen jadi. Aduh….bagaimana ini ??? Satu minggu lagi, tugas harus dikumpulkan. Aduh….capek dech….
Peristiwa di atas, selalu dialami oleh setiap mahasiswa dengan berbagai kondisi dan beragam masalah. Namun…..sedikit mahasiswa yang mampu bersikap sabar dan memahami situasi. Karena …memang begitulah dunia pendidikan dalam starata mahasiswa ( S1 ) . Emosi, tugas,dan waktu selalu menjadi makanan “ringan” sehari-hari. Sehingga muncul berbagai kerentanan dan masalah dengan para dosen maupun antar mahasiswa. Fenomena kerentanan dan masalah yang terjadi selalu berkaitan dengan nilai instant yang dikejar. Ingin cepat, ingin selesai dan ….ingin nilai yang bagus. Kalau semua keinginan itu bisa terpenuhi, maka akan melahirkan seorang sarjana yang brilian. Tapi kalau hanya satu atau 2 point yang terpenuhi, justru akan melahirkan konflik yang cukup parah.
Sebenarnya untuk menghadapi siklus kecepatan yang tidak mungkin terkejar, kita sebaiknya berpijak pada kesabaran. Mungkin banyak yang memiliki pengertian bahwa dengan kesabaran, maka pekerjaan menjadi lambat. Sehingga banyak yang memilih tindakan cepat….yang pasti berujung pada emosi. Mungkin…..ada kebenaran yang sama….dalam peristiwa tersebut. Sementara bila berpikir dan bertindak dengan kesabaran, seseorang akan menjadi jeli dan mampu memahami situasi.
Bertolak pada kewajiban asistensi, kedudukan seorang dosen yang dihadapi oleh setiap mahasiswa identik dengan client dalam suatu pekerjaan. Bila dosen dipandang sebagai client, maka mahasiswa akan bersemangat untuk menjalani aktivitas asistensi. Adapun reward yang akan diperoleh adalah nilai. Demikian pula bila dalam proses asistensipun juga belum melahirkan kata sepakat antara mahasiswa dan dosen, toh dalam ujian akhir maupun pendadaran, mahasiswa tetap berhak untuk mempertahankan ide-ide yang dilahirkan ???!!! Tentunya dengan tutur kata yang santun dan sopan…….pasti. Namun bila pandangan sudah berubah dan menganggap dosen sebagai mesin pencetak nilai….maka segala hal menjadi bias. Hanya emosi dan ketegangan yang akan diperoleh. Jadi perlu diingat bahwa, segala masalah dan kondisi yang terjadi dalam aktivitas assistensi merupakan dinamika kampus. Memang banyak mahasiswa yang mengalami peristiwa ini, namun…. sedikit yang mampu melewati dengan baik. ……. Para dosen adalah manusia juga….jadi memiliki perasaan dan kelegaan hati yang tetap menjadi sarana penilaian yang terpenting. Penilaian bukan bertolak dari produk tugas saja melainkan juga melihat proses dan sikap. Memang….Mengawali segala hal dengan kebaikan itu sangat mudah….namun mengakhiri segala hal dengan kebaikan itu….sangat sulit.