BERBICARA ITU TIDAK MUDAH………………………..

Dunia pergaulan memang akrab dengan suasana ceria, penuh canda dan tepuk tangan yang riuh. Suasana tersebut membentuk gairah yang meluap-luap serta sarat dengan berbagai keinginan. Kata-kata yang dilontarkan pun , meluncur begitu saja dari mulut tanpa beban pikiran. Memang….semua terasa begitu ringan dan mudah. Apalagi bila bertemu dengan seorang teman yang sudah lama tidak bertemu atau setelah liburan semester. Aduh….betapa indahnya. Suasana akrab dan kangen terekspresi secara spontan dan hangat. Namun, sayang sekali…. suasana akrab dan spontan tersebut sering kali terbawa dalam perilaku seseorang  dan mempengaruhi suasana akademis. Dalam dunia akademis, kata-kata yang terlontar sering kali menimbulkan situasi yang berbeda serta cenderung menimbulkan masalah yang negatif. Sehingga bukan respon positif yang diperoleh namun justru mata yang melotot, sakit hati atau seringai kekecewaan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa yang saya alami. Saya pernah bertanya pada seorarng mahasiswa, pada saat menguji Tugas Akhir,   “ Dik, desain anda kok…. kurang sesuai dengan nilai ekonomis bagi setiap bangunan komersial. Karena  tanah  yang dipakai untuk ide bangunan, sangat luas dan mahal, jadi kurang ekonomis. Coba….anda jelaskan !” Mahasiswa tersebut tampak emosi dan berusaha untuk mempertahankan ide desain bangunan Lalu dengan serta merta,  dia menjawab,” Menurut teman-teman saya, desain saya sudah sesuai dengan  konsep yang saya buat.  Dan semua setuju dengan ide saya.  Jadi,  baru  ibu yang mengatakan demikian ..” LHO !!! Padahal dalam ujian, seharusnya seseorang berlaku bijak dalam menjawab pertanyaan. Kebijakan tidak akan melemahkan pribadi seseorang, namun justru akan mengundang simpati dan menujukkan kematangan jiwa seseorang.  Adapun contoh lain, adalah :  Pada saat pengumpulan tugas menjelang ujian, saya sedikit memberi komentar tentang jumlah halaman salah satu tugas yang terlihat sangat tipis. Tapi  diluar  dugaaan, mahasiswa tersebutdengan kasar, justru membentak saya,” …. yang penting khan selesai !!!”   yang diucapkan dengan nada yang tinggi

LHO !!! Saya jadi bengong menerima sikap tersebut.  Orang ini lupa atau memang sudah kebiasaan ??? Beribu pertanyaan dan kekecewaan memenuhi hati saya. Kata-kata diatas menandakan bahwa banyak orang yang mulai melupakan  etika pergaulan dengan teman , karyawan dan dosen. Semua strata dianggap sama, sehingga menimbulkan banyak reaksi yang negatif. Dalam kasus ini, kesantunan menjadi luntur dan melemahkan pribadi seseorang.  Adapun contoh lain, yang bisa saya ceritakan adalah  : Pada saat ujian, saya berkeliling memeriksa KRS mahasiswa. Kebetulan saya    agak curiga dengan salah satu KRS mahasiswa, yang ditulis dengan tulisan yang sudah kabur dan kotor. Maka saya menanyakan mata kuliah yang sedang ditempuh. Mau tahu apa jawab dia ? Jawab dia”, Lihat saja sendiri  !!! “  yang diucapkan dengan nada yang  tinggi .

LHO !!! Kok begitu, ya ??? Saya  kaget menerima respon yang demikian aneh. Kata-kata diatas menandakan bahwa seseorang tidak bisa akomodatif saat berbicara dengan orang lain. Sedangkan contoh lain, yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, adalah :  Saya pernah mencari pasien di salah satu rumah sakit di Surakarta, yang  berada dalam kondisi yang sangat parah . Pasien tersebut berada di kamar  perawatan dan bersebelahan tempat tidur dengan keluarga saya yang baru saja keluar dari ruang operasi. Saya dengar, pasien tersebut sudah dipindahkan ke bangsal.Saat  saya mencari pasien tersebut, saya melihat 2 orang perawat pria dan seorang perawat wanita sedang mempersiapkan pengobatan di bangsal yang ditunjukan oleh salah seorang kenalan yang saya temui di sepanjang lorong rumah sakit. Dengan berhati-hati,  saya bertanya,” Mbak, saya ingin menengok pasien   yang kemarin baru saja  keluar dari ruang perawatan. Pasiennya seorang  tukang becak …. Tapi maaf saya  lupa namanya.”  ( Tapi saya ingat  wajah istrinya ). Perawat perempuan tesebut menjawab dengan keras,” Mbak… yang nabrak,  ya ?”  Saya sangat kaget dan tidak menyangka dituduh seperti itu.  Dengan segera, saya berusaha memperhalus suasana. “ Aduh…mbak. Saya ingin  menengok beliau, karena kemarin beliau di ruang perawatan bersebelahan dengan keluarga saya yang baru keluar dari ruang operasi. Jadi bukan saya yang menabrak. Aduuh……mbak.” Perawat perempuan itu terlihat menunduk , marah,malu,kaget atau….. aduh……….…

Contoh yang ini…lebih parah lagi. Berbicara asal tuduh dalam peristiwa di atas, ternyata menimbulkan suasana yang kurang baik. Sang penanya menjadi kaget dan tertuduh…dan hubungan antar sesama menjadi ternodai.  Ada lagi contoh lain, yang saya temui di acara seminar, yaitu : Dalam suatu acara seminar, saya menjumpai kata-kata pergaulan yang terkadang  kurang tepat.MC terdiri atas  2 orang, berbicara sendiri saling bersahutan seperti dalam acara talk show atau   kontes atau entertaint sambil  memberikan penilaian atas acara yang diselenggarakan. Saat mempersilakan pembicara memulai acara, MC tersebut mengucapkan kalimat pergaulan sebagai   berikut,” Untuk mengawali acara seminar  dengan thema…….., saya panggilkan   bapak……. untuk maju ke depan.

Kebayang khan….betapa gondok bapak yang dipanggil tersebut. Wajahnya terlihat agak memerah menahan emosi. Waduh……..Seharusnya MC mampu memahami sifat dari acara dan orang yang akan dihadirkan dalam acara seminar.

Contoh-contoh diatas menunjukan bahwa  bicara itu mudah tetapi berbicara itu tidak mudah. Saya ingat satu nasehat bijak dari India yang mengatakan bahwa DENGAN MENGHORMATI SESEORANG, MAKA KAMU TIDAK AKAN MENJADI RENDAH. Indah sekali kata-kata ini, namun betapa sulit untuk melakukan. Kebijakan dalam bertutur kata dan memahami situasi, akan membawa seseorang pada keberhasilan dan kematangan jiwa. Hal ini juga sesuai dengan LIFE SKILL dan SOFT SKILL , bukan ? Sepertinya kita harus belajar untuk ” berbicara ” ………………………..