MATA TUHAN DALAM KILATAN CCTV

Suatu testimoni yang dapat dianggap sebagai Grand Theory dalam buku TITIK BALIK PERADABAN karya Fritj of Capra, telah mengatakan, bahwa ,”…… Setiap Manusia Selalu Mempunyai GOD SPOT di dalam dirinya…..” .Pernyataan itu terasa begitu lembut, memancarkan sinar kehangatan dan kebahagiaan yang mengalir di relung hati yang paling dalam. Manusia terasa begitu dekat dengan sang pencipta. Namun agaknya …………, saat ini temuan besar itu mulai tidak terdengar lagi gaungnya. Karena Grand Theory tersebut seakan bertumbukan dengan eksistensi karakter manusia. Sejauh manakah manusia mampu menyadari keberadaan GOD SPOT ? Sejauh manakah hati manusia terketuk untuk merasakan sentuhan-Nya ? Bila seseorang menyadari keberadaan GOD SPOT, maka perilaku akan lebih dikendalikan oleh nurani dan bukan dipenuhi oleh emosi. GOD SPOT bukan hanya dipahami melalui VISUALISASI PERILAKU AGAMIS, tetapi justru VISUALISASI PERILAKU SOSIAL yang berkaitan erat dengan kehidupan bermasyarakat. Adapun salah satu sikap yang mulai dihindari dalam kehidupan bermasyarakat adalah KEPATUHAN.
Eksistensi GOD SPOT ternyata berkaitan erat dengan pengalaman saya sewaktu mengikuti KKL S2 Teknik Sipil UNS ke Kompleks Kementrian di Kawasan Putra Jaya, Malaysia. Semua penduduk di Putra Jaya, Malaysia , terlihat begitu patuh dengan peraturan traffic jam serta senantiasa menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Di setiap sudut kota, tidak terlihat para pedagang asongan maupun warung makan. Jadi semua kegiatan perkantoran, dipusatkan di setiap gedung pemerintahan. Sedangkan untuk fasilitas kantin dan berbagai penyedia barang kebutuhan sehari-hari, telah disediakan pula di setiap gedung pemerintahan . Mengapa pegawai di pusat pemerintahan Putra Jaya, Malaysia bisa begitu tertib dan patuh terhadap segala peraturan yang diberlakukan ? Karena faktor denda ? Atau karena kesadaran pribadi ? Hal yang serupa, juga saya alami sewaktu menyeberang ke Singapura. Sewaktu kami sampai di perbatasan Malaysia dan Singapura,. kami memasuki kawasan screening untuk checking identity. Dalam tahap ini, peran CCTV menjadi sentral. Demikian juga saat kami perlahan-lahan mulai memasuki Singapura. Pak Hasan sebagai Tour Leader kami, pun harus duduk di kursi paling depan. Karena bila seseorang ketahuan berdiri di dalam bis, akan kena denda yang cukup besar. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, penduduk Singapura terlihat sangat patuh dengan berbagai peraturan. Bahkan mereka juga terlihat jarang membunyikan klakson mobil untuk sekedar menyalib mobil lain. Klakson mobil hanya difungsikan bila keadaan sudah darurat dan memerlukan ekstra sinyal. Di samping itu, jika seseorang terpantau sedang membuang sampah secara sembarangan, maka seseorang tersebut akan dikenai denda. Kalau tidak salah dendanya sekitar 900 dollar Singapura. Bagaimana semua penduduk bisa begitu tertib ? Salah satu informasi yang saya terima dari Tour Leader kami adalah bahwa CCTV menjadi informan utama yang dipasang di setiap sudut kota. Bila seseorang tertangkap CCTV saat sedang berbuat tidak tertib, maka polis pun akan segera mengirimkan surat tilang untuk pelaku, baik di rumah maupun di perbatasan. Demikian juga halnya, bila seorang pengendara mobil tidak mematuhi kecepatan maksimal kendaraan di jalan raya, maka akan terkena tilang atau denda. Bila ada pejalan kaki yang hendak menyeberang, bis kota, mobil maupun motor selalu melambatkan atau bahkan menghentikan kecepatan laju kendaraan, khu7susnya di ZEBRA CROSS . Tempat penyeberangan yang demikian kalau nggak salah …kata teman saya….dinamakan LOLI POP TRAVEL. Berdasarkan 2 pengalaman saya, maka saya melihat bahwa eksistensi peraturan ternyata telah mengubah perilaku manusia untuk lebih menghargai orang lain dan untuk menciptakan kondisi yang memuaskan semua pihak.
Berkaitan dengan kenyataan di atas, maka dapatlah dilihat lebih jauh bahwa agaknya ……….operasional CCTV telah membuat orang begitu takut dengan segala resiko yang akan dihadapi. Karena bukti perbuatan seseorang atau sekelompok orang , telah tercetak dalam fasilitas elektronik tersebut. Kebohongan dan kepura-puraan yang dibuat untuk menghindari masalah, justru akan menyeret seseorang lebih jauh dalam suatu masalah. Salah satu kondisi yang terlihat juga di Indonesia adalah operasional fasilitas Traffic Light. Begitu banyak orang takut kena tilang, kehilangan waktu dan uang karena didenda bila tertangkap polisi saat melanggar Traffic Light . Namun disisi lain, begitu banyak orang yang lebih suka melakukan Trafficing, karena mampu menuai keuntungan. Bagaimana ini ? Kadang bila berpikir lebih jauh dan menyusun kesimpulan sementara ………………………., fasilitas CCTV identik dengan… MATA TUHAN. Bila hal ini dikaitkan dengan kenyataan di masyarakat, justru akan menjadi suatu paradoks. Mengapa dengan Tuhan yang sesungguhnya …manusia.tidak takut ? Apakah eksistensi Tuhan mulai tidak dapat dirasakan dalam hati manusia ? Atau malahan manusia ingin mematerialkan Tuhan ? Contoh : seorang/sekelompok bomber / teroris .
Berdasarkan fenomena dan kenyataan di masyarakat, maka benarkah bila dalam dunia modern atau dunia IT………….., fasilitas CCTV , metal detector, X-Ray , mesin sidik jari, test DNA, timer bom…… lebih menakutkan, dari pada kejujuran hati ? Mengapa banyak manusia yang tidak takut dengan nurani ? Suatu kenyataan yang harus direnungi dan diwaspadai karena semua kenyataan ini adalah PR panjang dan besar bagi kita semua …………………………….. Mungkin……mungkin…… MATA TUHAN akan menumbuhkan pengampunan bagi sang pelaku namun………data rekaman dalam CCTV, tidak akan menimbulkan ampunan.